Maksimalkan Fungsinya, DPUTR Sumenep Anggarkan Rp1,6 Miliar untuk Normalisasi Dua Sungai Utama

Sumenep,RPN-Pemerintah Kabupaten Sumenep terus menggenjot upaya penanggulangan banjir yang kerap melanda sejumlah titik rawan, terutama saat musim hujan tiba. Salah satu langkah strategis yang diambil melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) adalah normalisasi dua sungai utama yang selama ini menjadi biang keladi banjir, dengan total anggaran sebesar Rp1,6 miliar.

Kedua sungai yang dimaksud adalah Sungai Kalianjuk di Dusun Barat Sungai, Desa Patean, Kecamatan Batuan, serta Sungai Kali Marengan di Desa Pabian, Kecamatan Kota.

Program pengerukan dan normalisasi tersebut direncanakan mulai dikerjakan pada pertengahan tahun 2025, sekitar bulan Mei hingga Juni.

Kepala DPUTR Sumenep, Eri Susanto, menjelaskan bahwa program ini merupakan upaya preventif sekaligus responsif dalam menghadapi siklus banjir tahunan yang tidak hanya berdampak pada infrastruktur, tapi juga kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.

“Kondisi kedua sungai sudah mengalami pendangkalan cukup parah. Endapan lumpur, vegetasi liar, dan tumpukan sampah rumah tangga menyebabkan penyempitan aliran. Normalisasi menjadi solusi strategis untuk menurunkan potensi banjir,” ungkap Eri, Rabu (9/4/2025).

Diketahui, Sungai Kali Marengan terakhir kali dikeruk pada 2013. Saat itu hasilnya cukup efektif, namun kurangnya pemeliharaan dan rendahnya kesadaran masyarakat menyebabkan sedimentasi kembali menumpuk. Sedangkan Sungai Kali Anjuk menjadi jalur vital pembuangan air dari wilayah hulu seperti Ambunten, Guluk-Guluk, Ganding, hingga Lenteng.

“Banjir di Kota Sumenep sering kali bukan akibat hujan lokal, melainkan kiriman air dari wilayah atas. Jika Kalianjuk tersumbat, air pasti meluber ke permukiman,” jelas Eri Susanto.

Meski kewenangan atas sungai berada di tangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Pemkab Sumenep memilih tidak menunggu. Mereka langsung mengambil tindakan awal menggunakan APBD, sembari menyurati Pemprov agar ikut terlibat dalam penanganan titik-titik kritis lainnya.

Lebih lanjut, Ery menyatakan bahwa penanggulangan banjir tidak bisa dilakukan sepotong-sepotong. Pendekatan terintegrasi sangat dibutuhkan, termasuk penataan ruang yang tepat, perbaikan sistem drainase, hingga keterlibatan masyarakat dalam menjaga kebersihan aliran sungai.

“Kita tidak ingin ini hanya jadi rutinitas tahunan. Harus ada kesinambungan dan keseriusan lintas sektor, agar permasalahan banjir bisa benar-benar tertangani,” tegasnya.

Tak hanya pengerukan, DPUTR juga menyiapkan langkah pendukung seperti pemetaan ulang wilayah genangan, evaluasi pompa air, dan kampanye kebersihan di bantaran sungai. Harapannya, program ini bisa menjadi tonggak menuju Sumenep yang lebih tangguh menghadapi bencana dan nyaman bagi warganya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× How can I help you?