Ketua FKPP Geram, Harga Tembakau Madura Terjun Bebas, Peguyuban PR Diminta Jangan Berpangku Tangan

Sumenep,RPN-Harga tembakau Madura kembali jadi sorotan. Ketua Forum Komunikasi Pemerhati Petani (FKPP) Kabupaten Sumenep, Achmad Farid, menyampaikan kegeramannya terhadap anjloknya harga komoditas unggulan tersebut. Ia menyebut, kondisi ini tak hanya merugikan petani secara ekonomi, namun juga menjadi tamparan keras bagi martabat dan kelangsungan sektor pertanian tembakau Madura, khususnya di Sumenep.

Berdasarkan data Biaya Pokok Produksi (BPP) yang dirilis oleh Pemerintah Kabupaten Pamekasan sebagai induk pertembakauan Madura, harga acuan untuk tembakau jenis tegal hanya sebesar Rp54.000 per kilogram, sedangkan jenis gunung Rp64.000 per kilogram. Bagi Farid, angka ini tidak masuk akal.

“Terus terang, saya bukan hanya Ketua FKPP, tapi juga seorang petani. Saya investigasi langsung ke kecamatan Guluk-Guluk, Pasongsongan, Lenteng, hingga Ganding. Untuk 20 ribu batang tembakau, mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pemupukan hingga panen dan perajangan, petani butuh biaya hingga puluhan juta rupiah. Kalau tembakau cuma dihargai Rp54.000 sampai Rp64.000 per kilo, ini bukan sekadar rugi—ini menyakiti hati petani,” tegas Farid.

Ketua FKPP, Achmad Farid bersama Petani tembakau

Ia juga mempertanyakan proses penetapan harga yang dianggap tidak transparan dan diduga tidak melibatkan perwakilan dari perusahaan rokok besar.

“Yang menjadi pertanyaan besar saya, apakah saat penentuan harga ini pihak pabrikan besar seperti Sampoerna, Djarum, Wismilak, HUI ikut terlibat? Kalau mereka ikut dan tetap menyepakati harga seperti itu, maka sangat jelas: pabrik besar tidak berpihak kepada petani. Ini keputusan yang patut kita protes dan lawan,” ungkapnya penuh emosi.

Farid kemudian menyerukan kepada para pengusaha lokal, khususnya pemilik perusahaan rokok di Sumenep dan Madura, agar segera turun tangan membeli tembakau petani dengan harga yang layak.

“Kalau memang benar-benar pro-petani, buktikan sekarang. Beli tembakau di atas harga BPP. Saya berharap bisa diangkat ke kisaran Rp70.000, Rp74.000 hingga Rp80.000 per kilogram. Itu baru bentuk keberpihakan yang nyata,” tegasnya lagi.

Tak hanya itu, Achmad Farid juga meminta Bupati Sumenep untuk segera mengambil langkah strategis dengan mengumpulkan seluruh pengusaha rokok lokal demi menyelamatkan harga dan nasib petani tembakau.

“Diakui atau tidak, tembakau Sumenep adalah yang terbaik di Madura, bahkan telah diakui kualitasnya di pasar internasional, khususnya varietas Perancak N95. Sayang sekali jika nilai dan perjuangan petani kita dikhianati harga yang tak manusiawi,” lanjutnya.

Lebih lanjut, ia menyinggung soal Paguyuban Perusahaan Rokok Kabupaten Sumenep yang sempat dibentuk dengan tujuan menyerap tembakau lokal dengan harga bersaing.

“Paguyuban itu dulunya menjadi harapan besar bagi petani. Tapi hari ini, keberadaannya justru dipertanyakan. Janji manis yang pernah digaungkan, kini ditunggu realisasinya. Apakah mereka akan berpangku tangan, atau benar-benar menjunjung tinggi keberpihakan kepada petani?” katanya penuh harap.

Di akhir pernyataannya, Achmad Farid menegaskan bahwa saat ini adalah momentum yang tepat bagi seluruh pihak, baik pemerintah maupun pelaku usaha, untuk bersatu memperjuangkan harga tembakau yang adil dan layak bagi petani Sumenep.

Hingga berita ini ditayangkan belum ada konfirmasi lebih lanjut dari paguyuban PR.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× How can I help you?