Kota Mojokerto,RPN-Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari, terus menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Dengan gaya kepemimpinan yang humanis, Ning Ita, sapaan akrab wali kota tersebut turun langsung ke lapangan untuk melakukan sosialisasi, memberikan motivasi, sekaligus menyerap aspirasi masyarakat.
Sasaran kegiatan meliputi kader motivator, anggota TP PKK, Lembaga Ketahanan Kelurahan (LKK), Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas), hingga Karang Taruna di seluruh kelurahan. Dalam setiap kunjungan, Ning Ita tidak hanya memberi arahan, tetapi juga mendengarkan masukan warga, karena menurutnya penguatan tatap muka merupakan kunci utama keberhasilan program pemerintah.
“Kami ingin hadir dan mendengar langsung. Kader adalah ujung tombak di lapangan. Dengan penguatan secara langsung, mereka semakin termotivasi untuk bergerak serentak dan menyatukan seluruh potensi yang ada,” tegas Ning Ita.
Hasilnya terlihat nyata. Data mencatat, rata-rata 75 persen kader kini bergerak aktif bersama tenaga kesehatan, TP PKK, aparatur kelurahan, dan Satlinmas. Sinergi ini berhasil mendorong capaian layanan Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang menjadi salah satu program prioritas Pemerintah Kota Mojokerto.
Capaian Melebihi Target Nasional
Target nasional untuk CKG berada di angka 36 persen. Di bawah kepemimpinan Ning Ita, target ini berhasil diraih pada akhir Maret 2025. Bahkan hingga 26 Agustus 2025, capaian CKG di Kota Mojokerto sudah menembus 58,35 persen, jauh di atas target nasional, dan diperkirakan akan meningkat seiring pelaksanaan CKG untuk anak sekolah yang dimulai sejak pertengahan Agustus.
“Dengan CKG, kita ingin memastikan masalah kesehatan terdeteksi lebih awal dan ditangani sesuai standar. Tujuan akhirnya jelas menurunkan angka kematian, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan mendorong produktivitas warga,” tutur Ning Ita.
Percepatan Penurunan Stunting
Selain CKG, penurunan stunting juga menjadi fokus utama. Awal 2025, prevalensi stunting di Kota Mojokerto tercatat 1,54 persen atau 88 balita. Berkat gerakan bersama antara Pemkot, swasta, akademisi, media, dan masyarakat, angkanya turun menjadi 1,35 persen atau 77 balita pada Juli 2025.
“Penurunan 0,19 persen atau 11 balita ini sangat signifikan, apalagi Kota Mojokerto jauh di bawah target nasional 14 persen dan target Provinsi Jawa Timur 15,6 persen,” jelas Ning Ita.
Intervensi penurunan stunting dilakukan secara menyeluruh mulai dari hulu hingga hilir, mulai dari pemantauan remaja putri untuk mencegah anemia, pemeriksaan kesehatan calon pengantin, pengawasan ibu hamil agar bebas risiko KEK dan penyakit menular, hingga memastikan bayi lahir dengan berat badan ideal ≥ 2500 gram. Balita stunting pun mendapatkan intervensi gizi berupa susu PKMK minimal tiga bulan dan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dua kali makan utama dan kudapan selama tiga bulan.
“Semua ini bukti nyata kerja sama semua pihak. Tanpa gerakan bersama, hasil ini tidak mungkin tercapai,” tegasnya.
Layanan Kesehatan Lebih Responsif
Kegiatan turun langsung juga menjadi sarana untuk menyerap aspirasi masyarakat terkait pelayanan publik. Salah satu masukan penting datang soal pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RSUD dr. Wahidin Sudirohusodo. Menindaklanjuti hal ini, Pemkot Mojokerto membuka kembali IGD 24 jam di Puskesmas Kedundung dan melakukan edukasi kepada masyarakat tentang standar layanan kegawatdaruratan rumah sakit.
“Kami tidak ingin ada keluhan yang dibiarkan. Semua masukan adalah bahan evaluasi agar layanan publik semakin baik dan responsif,” pungkas Ning Ita.
Melalui pendekatan humanis dan kolaborasi lintas sektor, Ning Ita berharap partisipasi aktif kader dan masyarakat semakin kuat. Dukungan semua pihak diyakini menjadi modal utama untuk mewujudkan Kota Mojokerto yang sehat, tangguh, dan sejahtera.(Whab)