Malang,RPN-Suasana kampus Universitas Modern Al Rifai’e Indonesia (UMAIN) di Malang tampak berbeda dari biasanya. Tenda-tenda berdiri rapi di area lapangan hijau, para mahasiswa tampak sibuk menata perlengkapan, sementara panitia berkeliling memastikan semua persiapan matang. Denting gelak tawa bercampur dengan semangat muda menciptakan nuansa kebersamaan yang jarang ditemui di ruang kuliah formal. Inilah awal dari UMAIN Genesis Camp (UGC) 2025, sebuah kegiatan dua hari yang digagas untuk membentuk mahasiswa tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara karakter dan kepemimpinan.
Acara yang berlangsung pada 4–5 Oktober 2025 ini diikuti oleh sekitar seratus mahasiswa dari berbagai fakultas. Mereka datang bukan hanya untuk sekadar berkemah, melainkan untuk merasakan pengalaman belajar yang utuh: mengasah kepemimpinan, membangun jejaring sosial lintas jurusan, melatih kemandirian, dan menumbuhkan kesadaran bahwa mereka adalah generasi penerus bangsa.
Bagi UMAIN, UGC bukan sekadar agenda tahunan. Ia menjadi simbol bahwa pendidikan tidak boleh berhenti di ruang kelas. Ada nilai yang jauh lebih penting untuk dipupuk, yaitu karakter. Dan pesan itu kian terasa kuat ketika Dr. Rukin, S.Pd., S.H., M.Si., Wakil Rektor UMAIN, hadir memberikan materi yang memantik kesadaran mahasiswa.
Dalam sesi khusus yang dinanti, Dr. Rukin tampil sederhana namun penuh kharisma. Dengan gaya tutur yang hangat, ia menyapa para peserta yang duduk melingkar di bawah tenda besar. Kata-katanya mengalir deras, bukan sekadar teori akademik, melainkan refleksi hidup yang menyentuh hati.
“Generasi muda adalah ujung tombak perubahan. Karakter yang kokoh akan melahirkan insan yang mampu memberi manfaat besar bagi umat dan bangsa di masa yang akan datang,” tegasnya, disambut tepuk tangan meriah dari peserta.
Lebih lanjut, ia menekankan bahwa pendidikan sejati bukan hanya tentang kecerdasan otak. “Saya sering mengingatkan bahwa pendidikan sejati tidak hanya mengasah akal, tetapi juga membentuk hati dan sikap. Gelar akademik akan mengangkat status, tetapi karakterlah yang menentukan seberapa lama seseorang akan dihormati. Banyak orang yang ilmunya tinggi, tetapi tidak dikenang karena hatinya kering dan perilakunya jauh dari akhlak. Sebaliknya, ada orang sederhana yang dikenang sepanjang zaman hanya karena ia memiliki kejujuran dan kasih sayang yang tulus,” katanya penuh makna.
Sesi tersebut berubah menjadi ruang renungan bersama. Beberapa mahasiswa tampak mengangguk-angguk, sebagian lainnya mencatat setiap kalimat yang keluar dari sang Wakil Rektor inspiratif tersebut. Bagi mereka, ini bukan sekadar pidato motivasi, tetapi nasihat kehidupan yang akan terus mereka bawa.
Dalam lanjutan penyampaiannya, Dr. Rukin membakar semangat generasi muda. “Kalian adalah mahasiswa, generasi yang akan melanjutkan estafet peradaban bangsa. Di pundak kalian ada harapan untuk Indonesia 2045, sebuah era di mana bangsa ini bercita-cita menjadi bangsa emas. Tetapi ingat, bangsa tidak runtuh karena kekurangan orang pintar. Akan tetapi, bangsa akan runtuh karena kehilangan orang jujur dan berkarakter. Yang menyelamatkan peradaban bukanlah sekadar ilmu, tetapi karakter yang kokoh,” tegasnya.
Pernyataan itu seakan menjadi tagline dari keseluruhan kegiatan UGC 2025. Pesan ini selaras dengan salah satu tujuan UMAIN yang menempatkan pendidikan karakter sebagai inti dari setiap program akademik maupun non-akademik.
Apa yang disampaikan Dr. Rukin benar-benar dirasakan oleh para mahasiswa. Alifya Mauridatin Nabila, salah satu peserta, mengaku awalnya ia bukan sosok yang mudah bergaul. Namun melalui UGC, ia menemukan keberanian baru.
“Kegiatan ini memberikan pengalaman baru bagi saya. Karena saya yang sebelumnya termasuk orang yang sulit bersosialisasi, menjadi lebih berani untuk memulai komunikasi dan menjalin koneksi dengan teman-teman baik seangkatan maupun dengan angkatan lainnya. Dalam kegiatan ini saya diajarkan untuk mendirikan tenda, memasak dengan bahan baku yang terbatas. Acara ini sungguh mengesankan bagi saya,” katanya penuh semangat.
Sementara itu, Andre Setiawan menilai UGC sebagai sarana mempererat jaringan komunikasi antar mahasiswa. “UGC menjadi sebuah sarana untuk mempererat jaringan komunikasi antar mahasiswa di UMAIN, sehingga saya bisa saling berkenalan satu sama lain dengan mahasiswa yang berbeda jurusan dan fakultas. Yang paling mengena bagi diri saya pribadi adalah kolaborasi antar komponen UMAIN mulai dari dosen dan mahasiswa yang ikut menyemarakkan acara ini,” ujarnya dengan penuh keyakinan. Testimoni mahasiswa ini menegaskan bahwa UGC bukan sekadar perkemahan, tetapi ruang transformasi diri yang nyata.
Keberhasilan acara ini tidak lepas dari kerja keras panitia. Dani Setiawan, Ketua Panitia UGC, menyampaikan rasa syukur. “Alhamdulillah kegiatan UGC dapat berjalan dengan lancar berkat kerja sama seluruh panitia dan dukungan kampus. Terima kasih juga kepada Abah Wakil Rektor Dr. Rukin, yang meluangkan waktunya untuk memberi materi yang menginspirasi. Semoga ilmu yang diperoleh bisa menjadi bekal mahasiswa dalam berkarya,” ucapnya.
Dukungan juga datang dari organisasi mahasiswa. M. Fiqi Hidayatulloh, Ketua BEM UMAIN, menegaskan bahwa UGC bukan sekadar agenda sesaat. “UGC bukan sekadar kegiatan camp, tapi menjadi wadah bagi mahasiswa untuk mengasah kepemimpinan, memperkuat ukhuwah, serta membangun visi bersama demi kemajuan kampus dan masyarakat. Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi agenda rutin yang memberi manfaat nyata,” ungkapnya.
Dengan dukungan penuh dari mahasiswa, panitia, dan pimpinan kampus, UGC 2025 menjadi wujud nyata kolaborasi UMAIN sebagai keluarga besar yang bergerak bersama membangun tradisi pendidikan karakter.
Jika dilihat sekilas, Genesis Camp mungkin hanya tampak seperti kegiatan luar ruang biasa. Namun di balik tenda, api unggun, dan dinamika kelompok, tersimpan visi besar: membangun mahasiswa yang tangguh menghadapi masa depan.
Bagi UMAIN, UGC adalah media untuk menginternalisasikan nilai-nilai spiritual, sosial, dan intelektual dalam diri mahasiswa. Mereka tidak hanya diajak berpikir kritis, tetapi juga dibiasakan untuk bekerja sama, berbagi, serta menjaga nilai kejujuran dan solidaritas.
Kegiatan ini juga menjadi refleksi bahwa pendidikan sejati tidak hanya melahirkan tenaga ahli, tetapi juga pemimpin berakhlak. Dengan kata lain, UGC adalah miniatur dari misi besar UMAIN: melahirkan generasi emas yang bukan hanya cerdas secara akademik, tetapi juga berkarakter luhur.
Keberhasilan UGC 2025 semakin memperkuat posisi UMAIN sebagai universitas berbasis peradaban yang memandang pendidikan karakter sebagai jantung dari pembangunan bangsa. Dengan menggandeng seluruh civitas akademika, UMAIN menunjukkan bahwa kampus bukan hanya tempat mencari ijazah, melainkan ruang untuk menempa diri sebagai manusia seutuhnya.
Di era yang kerap menuhankan kecerdasan intelektual semata, UMAIN hadir membawa pesan berbeda: bangsa ini hanya akan berdiri tegak bila memiliki generasi berkarakter. Itulah mengapa, Dr. Rukin terus menggemakan pesan bahwa : karakter adalah fondasi umat di masa depan.
UGC menjadi bukti bahwa UMAIN konsisten menjaga komitmen tersebut. Sebuah agenda yang sederhana, tetapi dengan makna yang dalam: membentuk mahasiswa yang siap menyongsong Indonesia Emas 2045, bukan hanya dengan ilmu, tetapi dengan hati yang kuat, akhlak yang kokoh, dan integritas yang tak tergoyahkan.