Redaksional,RPN-Jika Anda sering melintasi jalanan di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Pulau Jawa dan Madura mungkin tak asing dengan pohon Asam Jawa yang berjajar rapi di tepi jalan. Namun, tahukah Anda bahwa pohon-pohon ini sebenarnya telah ditanam sejak era kolonial Belanda?
Dari berbagai sumber, disebutkan bahwa pemerintah kolonial Belanda memilih pohon Asam Jawa bukan tanpa alasan. Pohon ini memiliki karakteristik yang sangat cocok untuk ditanam di sepanjang jalan. Batangnya kuat dan tidak mudah roboh, menjadikannya pilihan ideal untuk mengurangi risiko pohon tumbang yang dapat mengganggu lalu lintas.
Selain itu, akar pohon Asam Jawa tidak merusak jalan, berbeda dengan beberapa jenis pohon lain yang akarnya dapat membuat aspal atau paving jalan menjadi retak.
Selain faktor kekuatan, pohon Asam Jawa juga memiliki keunggulan dari sisi estetika dan kebersihan. Daunnya kecil dan minim gugur, sehingga tidak terlalu merepotkan dalam hal perawatan. Selain itu, pohon ini memberikan keteduhan yang nyaman bagi pengguna jalan, terutama bagi pejalan kaki dan pengendara yang melintasi jalur tersebut.
Namun, keberadaan pohon Asam Jawa di tepi jalan bukan hanya soal manfaat praktis. Dalam budaya Jawa, pohon ini memiliki makna filosofi yang mendalam. Asam Jawa melambangkan kesenangan dan kebajikan. Filosofinya mengajarkan bahwa dalam kehidupan, seseorang harus berbuat baik dan menghadirkan kebahagiaan bagi orang lain.
Dengan begitu, pohon Asam Jawa tidak sekadar menjadi warisan kolonial yang masih bertahan hingga kini, tetapi juga menyimpan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
Keberadaannya mengingatkan kita bahwa kebijakan masa lalu, meskipun berasal dari penjajah, tidak semuanya bersifat negatif. Ada hal-hal yang tetap relevan dan bermanfaat bagi kehidupan kita hingga sekarang.