Kolo Cokro Nusantara Gelar acara Malam 10 Suro di Pondok, Gus Nuril Semarang: Misi Sosial dan Budaya Digelorakan di Bulan Asyura

Semarang,RPN-Kelompok spiritual dan budaya Kolo Cokro Nusantara menggelar acara pada momen sakral 10 Asyura di Pendopo Kolo Cokro Nusantara (Padepokan Soko Tunggal ) Gus Nuril, Gemah Raya, Kota Semarang. Acara ini bukan sekadar seremonial, tetapi merupakan langkah strategis dalam membangun kesadaran spiritual dan sosial masyarakat di tengah krisis moral dan empati yang kian merosot.

Dengan mengusung nilai-nilai luhur kejawen dan spiritualitas nusantara, Ketua Kolo Cokro Nusantara, Raden Tumenggung Hendarto Widi Utomo.SE atau biasa di sapa Ki.Cokro .Panggilingan, menyampaikan KCN ini di buat untuk menyatukan kadang-kadang dari kelompok-kelompok,paguyuban, budaya, spiritual, kebatinan dll,ini ada tempat terbuka bisa untuk tempat,untuk pertemuan,untuk acara-acara yang bilamana dari kadang budaya, spiritual, kebatinan butuh tempat untuk menggelar acaranya ,monggo bisa di pendopo atau panggung KCN ini bisa untuk di manfaatkan tempat nya.

harapannya agar masyarakat mampu mawas diri, menggali jati diri, serta mengerti makna hidup yang sejati. “Tanggal 10 Asyura adalah momentum penting untuk refleksi dan transformasi diri,” ujarnya.

Tak sekadar retorika, acara ini juga dibarengi dengan aksi nyata: dengan adanya gelar budaya ini yaitu wayangan ,tari tradisional yang di tarikan oleh padepokan Brajamusti , serta pembagian paket sembako untuk warga yang membutuhkan. Agenda ini menjadi bukti komitmen Kolo Cokro Nusantara untuk hadir di tengah rakyat dan memberikan manfaat langsung.

Rangkaian acara akan dibalut dengan nuansa budaya kental: tari-tarian tradisional diiringi alunan gamelan, serta pementasan wayang kulit yang akan digelar dalam tersebut. Kegiatan budaya ini diharapkan mampu membangkitkan kembali rasa cinta tanah air, sekaligus meneguhkan jati diri bangsa.

Gus Nuril, tuan rumah acara sekaligus sosok kharismatik di balik pergerakan ini, menegaskan bahwa spiritualitas dan budaya tidak bisa dipisahkan. “Kita ingin menyatukan jalan langit dan jalan bumi. Spiritual harus menyentuh sosial. Budaya harus menyentuh nurani,” ujarnya.

Kolo Cokro Nusantara hadir bukan sebagai gerakan eksklusif, tetapi sebagai ruang terbuka bagi siapa saja yang ingin memperdalam makna hidup, membela nilai-nilai kemanusiaan, serta menjaga warisan budaya leluhur.

“Kami bukan sekadar kelompok, kami adalah gerakan kesadaran,” tutup salah satu panitia dengan penuh semangat.(Adhi).

Penulis: ASDEditor: Redaksi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

× How can I help you?